Aku pernah mendengar sebuah kalimat yang
mengatakan "hal yang membedakan kita dengan para koruptor hanyalah
kesempatan".
Koruptor hanyalah manusia biasa seperti kita, mereka akan melakukan apa saja saat keadaan menekan mereka. Ingat kata-kata Gayus Tambunan saat istrinya juga ditangkap, dia mengatakan “Kalian boleh menghukumku tapi tolong jangan libatkan istri dan anakku”. Lihatlah bahkan seorang koruptor pun masih memiliki nurani untuk melindungi orang-orang yang dicintainya.
Koruptor hanyalah manusia biasa seperti kita, mereka akan melakukan apa saja saat keadaan menekan mereka. Ingat kata-kata Gayus Tambunan saat istrinya juga ditangkap, dia mengatakan “Kalian boleh menghukumku tapi tolong jangan libatkan istri dan anakku”. Lihatlah bahkan seorang koruptor pun masih memiliki nurani untuk melindungi orang-orang yang dicintainya.
Hal pertama jika aku diberi kesempatan menjadi
ketua KPK akan membiasakan diriku beserta seluruh jajaran KPK untuk tidak
menggunakan fasilitas yang diberikan negara secara berlebihan. Menanamkan
kesadaran kepada mereka jika tugas pokok kita adalah mengabdi kepada negeri ini
dengan mendedikasikan diri mengungkap kasus-kasus korupsi dan juga memenjarakan
mereka yang telah terbukti bersalah.
Terakhir yang akan aku lakukan jika menjadi ketua
KPK adalah menjalin kerjasama dengan departemen pendidikan memperbaiki sistem
pendidikan di negeri ini. Pendidikan di negeri ini hanya mengambil nilai
sebagai tolak ukur ketuntasan siswa, tanpa peduli dengan cara apa siswa itu
mendapatkan nilai tersebut. Inilah akar dari terciptanya calon
koruptor-koruptor di masa depan. Pendidikan di Indonesia hanya memprioritaskan
pada hasil bukan proses. Sungguh ironi bagi dunia pendidikan di negeri ini,
para koruptor kelas kakap justru lahir dari kalangan akademisi.
http://lombablogkpk.tempo.co/index/tanggal/749/nur%20ana%20laili.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar