Senin, 19 November 2012

Orenji - Bunkasai (1)

Orenji atau Original Event Japan Indonesia ini diadakan oleh anak-anak sastra jepang dari FIB undip. Acara ini diadakan dua hari berturut-turut dari tanggal 17-18 November 2012 .
Hari pertama dibuka dengan acara  seminar dan workshop yang isinya tentang beasiswa pendidikan ke jepang, lowongan pekerjaan yang saat ini dibutuhkan investor-investor jepang di Indonesia, serta gambaran kehidupan mahasiswa di jepang.


Sesi pertama yaitu membahas tentang lowongan pekerjaan bagi mereka yang menguasai bahasa Jepang dengan syarat minimal N3 ke-atas. Di sesi ini narasumber menjelaskan tentang potensi kota Semarang sebagai target para investor asal Jepang untuk membangun perusahaan-perusahaan besar. Semarang dinilai sudah  layak untuk dijadikan tempat investasi setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini sudah memiliki pelabuhan sebagai prasarana distribusi barang, bandara dan jalan tol sebagai sarana perjalanan bisnis, persediaan listrik yang sudah dibangun di Jepara, serta pesediaan air (DAM) yang masih dalam tahap pembangunan di Goa Kreo. Kebutuhan akan translator tentu sangat tinggi untuk menunjang kegiatan produksi. Translator disini tidak hanya bekerja secara lisan tapi juga harus paham akan tulisan karena semua buku panduan kerja masih menggunakan huruf kanji, itulah mengapa syarat minimal level N3 ke-atas. Selain translator, lowongan pekerjaan yang sering di lirik Jepang biasanya adalah mereka, para ahli di bidang teknik dan perikanan. Seperti yang kita ketahui bahwa selain dikenal sebagai negara penghasil alat-alat canggih, Jepang juga dikenal sebagai negara maritim.

Sesi kedua yaitu membahas tentang cara apa saja yang bisa mengantarkan kita pergi ke Jepang. Selain dengan biaya sendiri, pemerintah Jepang juga menyediakan banyak kemudahan bagi kita yang ingin pergi ke sana. Pertama adalah dengan beasiswa yang disediakan dubes Jepang bagi para pelajar di Indonesia. Beasiswa yang sudah sering kita dengar adalah Monbukagakusho. Tentu banyak yang sudah tahu bahwa untuk mendapatkan beasiswa ini harus melalui banyak tahapan seleksi, mulai dari ujian tertulis sampai tes wawancara. Selain monbukagakusho, beasiswa juga bisa diperoleh bagi mereka para pelajar yang minimal sudah belajar bahasa Jepang selama 2 tahun dan minimal berada di level N3 ke-atas. Beasiswa ini disediakan bagi universitas-universitas yang menjalin kerjasama dengan kedubes Jepang. Beasiswa ini harus disertai rekomendasi dari jurusan. Yang perlu diketahui yaitu ada 3 bidang yang tidak akan tersentuh beasiswa ke jepang yaitu filsafat, agama, dan (1 lagi saya lupa hehe).
Kedua yaitu dengan dengan menjadi guru bahasa Jepang, karena setiap tahun pemerintah jepang mengundang 40 guru bahasa Jepang untuk melakukan kunjungan ke negeri sakura tersebut. Selain guru, perawat juga bisa pergi ke Jepang secara cuma-cuma.

Sesi terakhir yaitu tentang gambaran kehidupan mahasiswa di Jepang. di sesi ini, saya cukup kesulitan untuk menangkap materi karena narasumber yang notabene guru besar Todai yang didatangkan langsung dari Jepang memiliki artikulasi yang tidak begitu jelas saat berbicara dalam bahasa inggris. Yang saya herankan kenapa sang guru besar ini tidak berbicara saja dalam bahasa Jepang, toh sudah ada translator yang siap menerjemahkan setiap kata yang dia ucapkan. Kalau bukan bantuan dari power point mungkin bisa diibaratkan saya sedang nonton film asing tanpa subtitle. 
Yang bisa saya pahami dari sesi terakhir ini  adalah bahwa biaya hidup di Jepang sangat mahal. Seperti yang kita ketahui jika Jepang merupakan negara kedua dengan biaya hidup termahal bagi kaum ekspatriat. Makanan paling murah adalah makanan cepat saji yang harganya rata-rata setara dengan Rp 9.000 bahkan tisu toilet paling murah harganya Rp 20.000. Untuk mensiasati hal ini biasanya para pelajar/mahasiswa disana bekerja paruh waktu di malam hari. Gaji untuk pekerja di malam hari biasanya lebih mahal dibandingkan gaji pekerja di siang hari. Namun walau begitu, dikatakan jika bekerja paruh waktu tidak mempengaruhi prestasi mahasiswa. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar